Muhdi Akbar; Ekspresi Naluri Ber-Tuhan (3)
SELAYAR.ARUNGSEJARAH.COM - Muhdi Akbar; Ekspresi Nalulri Ber-Tuhan (3).
DALAM Wikipedia dijelaskan bahwa ada empat cara seseorang atau manusia dalam beragama. Pertama, secara tradisional: Bagaimana tradisi keagamaan. Metode ini mengikuti cara nenek moyang, nenek moyang, atau orang-orang dari generasi sebelumnya. Penganut agama tradisional pada umumnya, seberapa kuat dalam agama, sulit untuk menerima hal-hal keagamaan atau ekstensi, dan tidak tertarik agama baru. Kedua, formal:
Bagaimana sebuah agama didasarkan kepada formalitas yang berlaku di lingkungan atau masyarakat. Ketiga, rasional: Agama didasarkan pada penggunaan rasio secukupnya. Untuk itu mereka selalu mencoba untuk memahami dan menghargai ajaran agama dengan pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan praktek. Mereka bisa berasal dari orang-orang yang secara tradisional atau formal, meskipun orang tidak beragama. Keempat, cara Pendahulu:
Agama didasarkan pada penggunaan pikiran dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu mencoba untuk memahami dan menghargai ajaran agama dengan pengetahuan, diseminasi dan praktek. Mereka selalu mencari ilmu kepada prang yang dianggap ahli dalam ilmu agama yang berpegang teguh kepada ajaran asli yang dibawa oleh utusan Sesembahannya bahwa nabi atau rasul sebelum mereka berlatih, memberitakan dan bersabar (tongkat) dengan itu semua.
Agama adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan ummat manusia. Itulah menjadi pedoman hidup seseorang dalam menjalani kehidupannya. Agama itulah yang memberikan baik-buruknya tentang sesuatu. Dalam Wikipedia disebutkan bahwa agama memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan manusia, di antaranya: pedoman hidup manusia, dasar hukum untuk menentukan benar-salah tentang segala sesuatu, identitas sebagai makhluk yang mempunyai keyakinan beragama.
Keller, Calhoun, dan Leight, menyebutkan bahwa agama memiliki lima unsur pokok, yang terdiri dari: keyakinan agama, simbol-simbol keagamaan, praktik keagamaan (hubungan kepada Tuhan dan ke sesama makhluk), pengalaman religius, dan masyarakat pendukungnya.
Terkait mengenai keyakinan beragama, Huston Smith menuliskan bahwa menurut St. Thomas tidak ada ajaran teologis yang dapat diterima jika bertentangan dengan akal, sementara Tertuallianus mengatakan: “Saya percaya karena hal itu tidak masuk akal.”. Ada mistikus Kristen dan ada pula orang Kristen yang menolak mistisisme karena dianggap sebagai sesuatu yang berasal dari “kabut”, berpusat pada “aku” dan akhirnya akan membawa ”skisma” (perpecahan karena perbedaan paham).
Sementara Muhammad Fauzi, M.Ag. dalam bukunya “Agama Dan Realitas Sosial, Renungan & Jalan Menuju Kebahagiaan (2007 : 2), menuliskan:
“Karena agama berarti mengabdikan diri, maka orang yang mempelajari agama, tidak hanya puas dengan pengetahuan agama, tetapi ia akan memerlukan untuk membiasakan dirinya dengan hidup secara agama. Seorang ahli agama bernama William Temple berkata: “… agama adalah menuntut pengetahuan untuk beribadat.” Lebih lanjut ia berkata: “Pokok dari agama bukan pengetahuan tentang Tuhan, akan tetapi bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhan Penciptanya.”
Selanjutnya pada halaman 23 bukunya itu, Muhammad Fauzi, M.Ag. mengemukakan betapa pentingnya agama bagi seorang manusia. Ia mengutip pendapat John Dewey yang mengatakan bahwa hilangnya keseimbangan dan ketidakmengertian tentang makna hidup menyebabkan manusia modern menjadi lebih bodoh daripada manusia primitif dalam menguasai dan menaklukkan dirinya. Dengan demikian, agama yang dilaksanakan dengan benar akan membuat seseorang mampu mengendalikan dirinya, termasuk hawa nafsu dan angan-angan busuknya.
Dari sekian pengertian dan teori tentang agama yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa agama merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Kesadaran akan ke-Tuhanan yang dimiliki oleh setiap manusia lahir dari naluri beragama yang ia miliki.
Kesadaran inilah yang kemudian diekspresikan dalam berbagai bentuk penghambaan sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya. Inti dari agama itu adalah kesadaran makhluk (manusia) untuk melakukan penghambaan kepada Tuhannya.
Sebelumnya.... Muhdi Akbar; Ekspresi Naluri Ber-Tuhan (2) - Arung Selayar (arungsejarah.com)
Catatan:
Uraian mengenai "Muhdi Akbar; Ekspresi Naluri Ber-Tuhan" ini merupakan tulisan Hasmah dalam bukunya yang berjudul "Muhdi Akbar (Model Toleransi Umat Beragama Di Kabupaten Selayar)". Dibahas pada bagian pendahuluan buku tersebut.Buku ini merupakan hasil penelitian pada tahun 2016, dan diterbitkan pada tahun itu juga oleh Pustaka Sawerigading. Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya tempat ia bekerja mengusung tema penelitian pada tahun itu tentang "Disintegrasi Bangsa"
Sumber: Muhdi Akbar: Model Toleransi Umat Beragama di Kabupaten Selayar - Pustaka Sawerigading