Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal-usul Nama Selayar (1)

Mengenal Nama Selayar, Apa arti dari Selayar? Selayar penghasil apa?, Berapa jam perjalanan dari Makassar ke Selayar? Selayar itu di mana? Berapa jumlah penduduk di Selayar? Produk-Produk Pertanian di Selayar hingga 1947, Pertanian Bahan Pangan di Selayar Masa Penjajahan, Rumah Tahanan Masa Belanda di Selayar, Jejak Jembatan di Selayar hingga 1947, Daftar Distrik di Afdeeling Selayar Masa Belanda 1906, Gedung Tahanan Sementara Selayar: Bangunan Peninggalan Belanda yang Terbengkalai, Sistem Kekerabatan Masyarakat Selayar, Haji Hayyung; Masa Pencarian Ilmu Islam di Makkah, Kehidupan Masa Kanak-Kanak Haji Hayyung, Latar Belakang Keluarga Haji Hayyung, Pelapisan masyarakat selayar, Pemerintahan Adat Selayar Masa pendudukan Belanda, Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam, Geologi dan Topografi Selayar, Mengenal Penduduk Selayar dan Bahasanya, Mengenal Nama Selayar, sejarah selayar, nusa selayar, sejarah nusa selayar, sejarah pemerintahan selayar, salajara, selajar, salajar, saleier, saleijer, salaiyer, salaijer, kepulauan selayar, kabupaten kepulauan selayar, K.H. Hayyung, Haji Hayyung, Aroepala, Masyarakat Selayar Memeluk Islam Berdasarkan Lontaraq Sultan Pangali Patta Raja, Pengabaran Injil di Selayar,Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam, Geologi dan Topografi Selayar, Mengenal Penduduk Selayar dan Bahasanya, Mengenal Nama Selayar, sejarah selayar, nusa selayar, sejarah nusa selayar, sejarah pemerintahan selayar, salajara, selajar, saleijer, salaiyer, salaijer, kepulauan selayar, kabupaten kepulauan selayar, K.H. Hayyung, Hayyung, Aroepala, .
Peta Selayar Mededeelingen over her einlad Saleijer (1886)

SELAYAR.ARUNGSEJARAH.COM - Asal-usul Nama Selayar (1).

NAMA “Selayar” pada dasarnya merujuk pada nama pulau utama yang ada dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar. Suku Selayar yang merupakan suku utama yang mendiami wilayah ini menyebut nama “Selayar” dengan sebutan “Silajara”. Dilihat dari akar katanya dalam bahasa Selayar, maka kata Silajara berasal dari kata lajara, yang berarti penahan angin. 

Pada bangunan rumah, lajara ini berbentuk segitiga yang dijadikan sebagai penutup atap rumah bagian depan dan belakang. Fungsinya adalah untuk menahan hembusan angin dan tempias hujan. Dalam kalimat, pengguna kata lajara ini, dapat dilihat sebagai berikut; Timba’-lajara saponna a’la’ta’ tallui (Penutup atap bagian depan/ belakang rumahnya berundak tiga) 

Lajara juga dapat diartikan sebagai layar, seperti pada kalimat; Apaji, na nipassalamu sibatu lopi lollong bonena-- rassi sangga pallajareng. Artinya, Apa hal, dan dipersalahkanlah (didenda) dia senilai satu buah perahu bersama isinya—penuh sampai tempat pemasangan layar. 

Tetapi kata layar dalam bahasa Selayar juga disebut sombala. Dapat dilihat pada kalimat berikut; Lapanai’mu sombala’na (Dia naikkan/ dipasang layarnya), Annyombalamu lopinna I Badulu ri suhanngi (Telah berlayar perahunya I Badulu kemarin), dan Ke’ke’ sombala’na lopinna I Baso’ (Robek layar perahunya I Baso).

Sementara awalan “si” pada kata Si-lajara dapat diartikan sebagai satu, se-, atau bersama. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada penggunaan kata-kata sebagai berikut; si-sapo yang berarti se-rumah (tinggal bersama dalam satu rumah), si-kampong yang berarti se-kampung (bermukim pada satu kampung yang sama), si-passikolaang yang berarti satu sekolah (bersekolah di satu sekolah yang sama). 

Yang jadi pertanyaan adalah, apakah makna dan penggunaan kata si- dan lajara seperti pada contoh-contoh kalimat di atas mempunyai hubungan dengan penamaan Silajara tersebut? Perlu juga diketahui bahwa penutur bahasa Makassar menyebut Selayar dengan sebutan Silayara’. Sementara penutur Bugis menyebut Selayar dengan sebutan Silaja’. Berbeda lagi dengan penutur bahasa Bonerate di Kecamatan Pasi Marannu, menyebut Selayar dengan sebutan Sileya.

Meski demikian, ada beberapa pendapat yang telah memberikan pemahaman mengenai nama Selayar.  Ada pendapat yang mengatakan bahwa nama Selayar berasal dari kata “salah layar”. Pendapat ini didasarkan pada keterangan yang menyebutkan bahwa adik dari Sulthan Ternate pernah melakukan pelayaran menuju satu tujuan tertentu. Tetapi karena satu dan lain hal, mereka kehilangan arah dan terdampar di sebuah pulau.

Tempat terdamparnya inilah yang kemudian dinamakan “Selayar”. Pendapat ini ada yang membantah. Alasannya, jika penamaan Selayar didasarkan pada peristiwa tersebut, maka nama Selayar baru muncul dan dikenal pada sekitar abad XV. Sementara nama Selayar sudah dikenal sejak pemerintahan Majapahit pada abad XIII, sebagaimana disebutkan dalam kitab Kertagama Pupu XIV. Sementara pelayaran adik dari Sulthan Ternate tersebut terjadi 2 abad setelahnya. 

Pendapat lain menyebutkan bahwa jika dilihat dari segi bahasa, kata “Selayar” tidak memiliki kemiripan dan ciri yang sama dengan kosakata dalam bahasa Jawa kono atau Melayu kuno. Pendapat ini menduga bahwa mungkin kata “selayar” berasal dari kata “satu layar”, yang ketika kedua kata itu digabungkan menjadi “selayar”. Salah satu jenis perahu yang banyak digunakan masyarakat setempat di masa lalu adalah jenis perahu yang menggunakan ‘satu layar’. 

Selayar sebagai sebuah nama wilayah administratif sudah dipakai jauh sebelum Indonesia terbentuk. Pada masa pendudukan Belanda yang berlangsung dari tahun 1605 - 1945, Selayar berkedudukan sebagai onder afdeeling yang dikepalai oleh seorang yang menjabat sebagai controleur. Nama Selayar dalam bahasa Belanda disebut sebagai “Salaijer” atau “Salier”. 

Kalau diperhatikan, penyebutan ini tetap merujuk pada kata “Silajara”, sebagaimana masyarakat lokal menyebut nama daerahnya, tetapi mengalami penyesuaian dengan dialek orang Belanda. Begitu juga dengan penyebutan “Silajara” sebagai “Selayar” dalam bahasa Indonesia, merupakan penyesuaian dialek dengan bahasa Indonesia. Hal yang sama juga terjadi pada penyebutan: Bérru menjadi Barru (Kabupaten Barru), Marusu menjadi Maros (Kabupaten Maros), dan Penrang menjadi Pinrang (Kabupaten Pinrang). (1/2).

Bersambung.... Asal-usul Nama Selayar (2)

Sumber: buku Selayar dan Pergerakan A.G.H. Hayyung, dan sumber lapangan.