Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam (1)

Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam, Geologi dan Topografi Selayar, Mengenal Penduduk Selayar dan Bahasanya, Mengenal Nama Selayar, sejarah selayar, nusa selayar, sejarah nusa selayar, sejarah pemerintahan selayar, selajar, saleijer, salaiyer, salaijer, kepulauan selayar, kabupaten kepulauan selayar, K.H. Hayyung, Hayyung, Aroepala, .
Moskee op Noord-Saleier - Mesjid di Selayar Utara KITLV 1932

SELAYAR.ARUNGSEJARAH.COM - Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam (1).

ISLAM bukan kepercayaan pertama yang dikenal oleh masyarakat Selayar. Mereka sudah mempunyai pemahaman ke-Tuhanan yang mapan jauh sebelum Islam menjadi bagian dari kehidupannya. Menyadari adanya kekuatan yang Maha Dahsyat di luar dirinya dan alam ini. Mereka juga meyakini adanya kuasa yang sangat besar yang mengatur diri dalam alam raya. 

Kekuatan Yang Maha Besar itulah yang kemudian dibahasakan sebagai Tuhan. Kesadaran ke-Tuhanan dalam pandangan agama dan ilmu teologi, disebut sebagai kesadaran awal yang menyatu dengan akal-budi (pikiran) manusia. 

Keadaan ini, dalam istilah agama disebut fitrah, dan dalam istilah sosial disebut imanen, yaitu sesuatu yang menyatu dengan diri manusia sejak manusia dilahirkan.

Mereka percaya bahwa setiap tempat, seperti; lembah, gunung, sungai, laut, batu besar, pohon besar, dan tempat lainnya, adalah sesuatu yang hidup dan mempunyai kekuatan supra-natural yang sangat besar. Kekuatan itu diyakini mempunyai pengaruh yang sangat besar pula terhadap kehidupan manusia. 

Kesejahteraan atau kesengsaraan hidup manusia dipengaruhi oleh baik-buruknya hubungan manusia tempat-tempat tersebut, tempat di mana ia hidup dan mencari nafkah. Kepercayaan inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan dinamisme.

Selain itu, masyarakat sebelum mengenal agama, percaya bahwa roh-roh nenek moyang punya pengaruh yang kuat atas kesejahteraan dan kesengsaraan hidup anak-cucunya atau kelompok masyarakat di sekitarnya. Roh nenek-moyang harus dimuliakan. 

Mereka yang tidak peduli dengan roh nenek-moyang mereka diyakini akan ditimpa kesulitan hidup, kerisauan, dan berbagai macam keadaan yang menggangu kenyamanan dan ketenangan hidup manusia atau kelompok masyarakat. Kepercayaan inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan animisme.

Adanya kesadaran tentang adanya kekuatan besar di luar diri manusia ini, menyebabkan mereka pula sadar akan perlunya menjaga hubungan yang baik dengan kekuata-kekuatan itu. Hubungan baik itu dijalin dengan; menjaga kebersihan dan kekeramatan, memberikan sesajen, dan memanjatkan do’a pada tempat-tempat yang dimaksud. 

Ritual yang dilakukan, waktunya sudah ditentukan dalam setiap kurun waktu tertentu. Ada juga yang dilakukan sesuai dengan kepentingan, misalnya pada saat; mengalami kegagalan atau kesulitan hidup, atau berharap keberhasilan atas usaha yang akan atau sedang dilaksanakan. 

Ada ritual yang bisa dilakukan secara mandiri, tetapi ada juga ritual yang harus melibatkan sanro sebagai pimpinan ritual. Sanro dianggap punya kemampuan untuk berhubungan dengan kekuatan supra-natural,

Dalam masyarakat Selayar, dikenal berbagai benda dan bentuk ritual yang  terkait kepercayaan tersebut di atas, seperti; saukang, palangka, gaukang, a’berasa didi, anrara, mole samaja, attoloso, dan lain-lain. 

Saukang berbentuk sebuah rumah kecil yang berukuran sekitar 2 x 2 m yang rangkanya terbuat dari bahan kayu dan bagian lainnya terbuat dari bahan bambu dan bahan lainnya. 

Bangunan saukang tampak seperti miniatur dari rumah tinggal masyarakat. Di tempat inilah pada waktu-waktu tertentu mereka melakukan pemujaan terhadap arwah nenek moyang.  

Palangka adalah sesuatu yang berbentuk miniatur rumah dengan ukuran sisi-sisinya kurang dari 1 m. (1/3)

Bersambung.... Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam (1)

Sumber: buku Selayar dan Pergerakan A.G.H. Hayyung, dan sumber lapangan.