Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam (2)

Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam, Geologi dan Topografi Selayar, Mengenal Penduduk Selayar dan Bahasanya, Mengenal Nama Selayar, sejarah selayar, nusa selayar, sejarah nusa selayar, sejarah pemerintahan selayar, selajar, saleijer, salaiyer, salaijer, kepulauan selayar, kabupaten kepulauan selayar, K.H. Hayyung, Hayyung, Aroepala, .
Moskee in de kampong Ra'ra; Tanette - Saleier - Mesjid di Kampung Ra'ra Tanete Selayar KITLV 1932

SELAYAR.ARUNGSEJARAH.COM - Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam (2).

GAUKANG adalah benda yang dikeramatkan-- milik kerajaan. Benda itu menjadi perlambang bagi sebuah kerajaan. Dalam bahasa Makassar disebut kalompoang, dalam bahasa Bugis disebut arajang, dan dalam bahasa Indonesia disebut regalia. 

A’berasa didi dalam pengertian sederhananya adalah membuat-beras (a’berasa) berwarna kuning (didi). Merupakan bentuk sesajen dengan sajian utamanya berupa beras berwarna kuning. Beras diwarnai dengan kunyit halus; beras direndam sebentar lalu diletakkan di atas nyiru. Kunyit halus ditaburkan diatasnya lalu dilakukan gerakan seperti orang menampi, sehingga beras yang permukaannya basah menyatu dengan warna kunyit yang kuning.

Anrara adalah sebuah ritual penyembelihan hewan sebagai bentuk permohonan izin untuk berbuat sesuatu atau membangun sesuatu di tempat tertentu. Binatang yang disembelih bisa berupa kerbau, sapi, kambing, atau ayam; tergantung dari kemampuan penyelenggara hajat. 

Ada juga ritual anrara yang ditentukan jenis hewan yang disembelih, berdasarkan hasil perhubungan sanro (guru spiritual) dengan jiwa penguasa tempat yang dimaksud. Penyembelihan dilakukan disekitar tempat yang dimaksud. Darah yang mengalir saat disembelih ditampung pada sebuah nampan atau sejenisnya. 

Darah ini, oleh sanro diusapkan/ dipercikkan/ dibasuhkan/ dituangkan-- pada bagian-bagian yang dianggap utama pada tempat tersebut. Sementara kepala hewan sembelihan ditanam di tempat utama yang sudah ditentukan oleh sanro. Kalau tempat yang dimaksud berupa sungai atau laut, biasanya kepala hewan sembelihan itu ditenggelamkan atau dilarung. 

Mole samaja dalam pengertian sederhana bisa diartikan sebagai membayar janji. Biasanya yang bersangkutan melakukan ritual assamaja (pemanjatan do’a) pada tempat tertentu, dan berjanji akan melakukan sesuatu jika hajatnya terwujud. Janjinya bisa berupa; akan datang kembali dengan memotong hewan tertentu.

Pada setiap ritual, sesajen merupakan kelengkapan yang harus ada. Sesajen itu terdiri dari berbagai jenis makanan yang disusun dengan rapi pada suatu wadah; biasanya memakai nyiru, atau wadah lain yang berbentuk bundar datar dan pinggirnya berbibir. 

Kelengkapan lainnya berupa pelleng (semacam lilin yang terbuat dari bahan jarak yang ditumbuk bersama dengan kapas lalu dibalutkan pada bilah bambu kecil) dan atau dupa. Sering juga sesajen dilengkapi dengan membawa hewan jenis tertentu yang disesuaikan dengan jenis ritual yang dilaksanakan.

Berjangkitnya penyakit tertentu; terjadinya kegagalan hasil pertanian yang merupakan sumber penghidupan utama masyarakat; terjadinya bencana alam—sebagai petunjuk bahwa ada ketidak-selarasan dan ketidak-serasian hubungan yang terjadi antara manusia dengan alam sekitarnya, khususnya tempat-tempat yang dikeramatkan di atas, dan atau dengan arwah nenek moyang. 

Peristiwa itu terjadi sebagai teguran kepada manusia untuk memperbaiki kembali hubungan itu. Karena hubungan manusia dengan alam melahirkan aturan; boleh atau terlarang, pantas atau tidak pantas.

Selain kepada benda dan tempat, masyarakat juga percaya pada kekuatan waktu. Dalam setiap satu satuan waktu diyakini mempunyai kekuatan yang berbeda, mulai dari hari, pekan, bulan, tahun, dan pariama. 

Di setiap putaran waktu tersebut diyakini ada yang membawa keberuntungan atau kesialan. Ada tahun yang membawa keberuntungan secara umum kepada kegiatan hidup manusia. 

Begitu juga sebaliknya, ada tahun yang membawa kesialan, sehingga mereka menghindari untuk memulai sesuatu kegiatan atau melaksanakan hajatan pada tahun tersebut. (2/3)

Bersambung.... Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam (3)

Sebelumnya.... Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam (1)

Sumber: buku Selayar dan Pergerakan A.G.H. Hayyung, dan sumber lapangan.