Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pelapisan Masyarakat Selayar (1)

Pelapisan masyarakat selayar, Pemerintahan Adat Selayar Masa pendudukan Belanda, Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam, Geologi dan Topografi Selayar, Mengenal Penduduk Selayar dan Bahasanya, Mengenal Nama Selayar, sejarah selayar, nusa selayar, sejarah nusa selayar, sejarah pemerintahan selayar, salajara, selajar, salajar, saleier, saleijer, salaiyer, salaijer, kepulauan selayar, kabupaten kepulauan selayar, K.H. Hayyung, Hayyung, Aroepala, Masyarakat Selayar Memeluk Islam Berdasarkan Lontaraq Sultan Pangali Patta Raja,Pengabaran Injil di Selayar

PADA awalnya, masyarakat terbentuk dari sekelompok orang yang tinggal bersama pada suatu wilayah tertentu. Di antara mereka terbentuk tanggung-jawab yang berbeda-beda, yang terjadi secara alami. Besar-kecilnya tangung-jawab di antara mereka berbanding lurus dengan kemampuan dirinya. 

Kemampuan yang dimaksud terkait dengan; kecerdasan, kemapanan, keberanian, kemampuan mempengaruhi orang, dan lain-lain. Tahapan inilah yang secara alami membentuk adanya kepemimpinan dalam masyarakat. Juga melahirkan tingakatan-tingkatan kelas dalam hubungan masyarakat.

Selain itu, masyarakat juga melahirkan kebudayaan yang menjadi ciri khas kelompok mereka. Kebudayaan ini berkembang mengiringi perkembangan pengetahuan dan hubungan masyarakat dengan yang lainnya. Sehingga budaya-budaya baru terus bermunculan dalam suatu masyarakat.

Secara materi, semua manusia yang berpikir akan memiliki kesadaran bahwa semua manusia itu sama. Manusia kemudian berbeda dalam bentuk; tampilan diri, kecerdasan, kekuatan, keberanian, kemapanan, kepribadian, dan lain-lain. 

Perbedaan ini menimbulkan peran dan tanggung-jawab yang berbeda pula antara satu dengan yang lainnya. Besar-kecilnya peran dan tanggung-jawab dalam masyarakat, dengan sendirinya telah membentuk pelapisan dalam kehidupan mereka. 

Selain itu, ada keyakinan bahwa mereka yang menjadi pemimpin kelompok masyarakat berasal dari keturunan manusia yang istimewa. Mereka dianggap sebagai titisan Tuhan yang dipercaya untuk mengatur kehidupan masyarakat, sehingga setiap orang harus memuliakannya. 

Kepemimpinan ini kemudian menjadi warisan bagi keturunan selanjutnya. Pemimpin inilah yang dikenal dalam masyarakat Sulawesi Selatan dengan sebutan; opu, karaeng, puang, datu, mara’dia, dan sebutan lainnya yang dapat diartikan sebagai raja. 

Pelapisan yang terbentuk dalam kehidupan masyarakat menunjukkan latar belakang pandangan hidup, watak atau sifat-sifat mendasar, bahkan merupakan warna dan corak dari hubungan-hubungan yang berlangsung di antara mereka. 

Pada dasarnya, pelapisan dalam kehidupan masyarakat Selayar sama dengan pelapisan yang ada dalam budaya masyarakat Bugis-Makassar pada umumnya. Yaitu, masyarakat dibagi dalam tiga kelompok besar; pertama, kaum bangsawan—merupakan kelompok masyarakat yang menempati tingkatan tertinggi. Mereka adalah pemegang kekuasaan di semua tingkatan pemerintahan. 

Kedudukan mereka dalam jabatan pemerintahan tidak boleh digantikan oleh kelompok masyarakat lain yang ada di bawahnya, meskipun orang tersebut sangat cerdas, pemberani, kuat, kaya, dan keunggulan lainnya. 

Karena syarat utama untuk menempati jabatan dalam pemerintahan adalah darah (keturunan). Kaum bangsawan, meskipun tidak memegang jabatan dalam pemerintahan, tetap mendapat hak untuk dimuliakan oleh masyarakat. Mereka disebut sebagai; opu, karaeng, pattola, dan sebutan lainnya.

Kedua, masyarakat umum—yaitu kelompok masyarakat kebanyakan. Jumlahnya adalah yang paling banyak dalam pelapisan masyarakat. Mereka juga disebut sebagai kelompok orang merdeka. Dalam budaya masyarakat Selayar mereka dikenal dengan sebutan; to samara (orang kebanyakan), to baji’ (orang baik—kedudukannya) atau to maradeka (orang merdeka). 

Kelompok ini bisa mengangkat derajatnya dibanding yang lain, tetapi tetap di bawah kedudukan kaum bangsawan; dengan cara menjadi to kalumanynyang (orang kaya), to cara’de/ to panrita (orang cerdas), atau to barani (pemberani). (1/3)

Bersambung.... Pelapisan Masyarakat Selayar (2)

Sumber: buku Selayar dan Pergerakan A.G.H. Hayyung, dan sumber lapangan.