Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemerintahan Adat Selayar Masa pendudukan Belanda (2)

Pemerintahan Adat Selayar Masa pendudukan Belanda, Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam, Geologi dan Topografi Selayar, Mengenal Penduduk Selayar dan Bahasanya, Mengenal Nama Selayar, sejarah selayar, nusa selayar, sejarah nusa selayar, sejarah pemerintahan selayar, salajara, selajar, saleijer, salaiyer, salaijer, kepulauan selayar, kabupaten kepulauan selayar, K.H. Hayyung, Hayyung, Aroepala, Masyarakat Selayar Memeluk Islam Berdasarkan Lontaraq Sultan Pangali Patta Raja,Pengabaran Injil di Selayar
Controleurswoning van de Afdeling Saleijer 1890

Untuk lebih jelasnya, sistem dan susunan pemerintahan sebelum pembaharuan H. Hayyung adalah sebagai berikut:

1. Opu (raja), adalah seorang pemimpin yang mengendalikan pemerintahan serta berfungsi sebagai pelindung daerahnya dan rakyatnya,

2. Opu Lolo, yang berwenang sebagai wakil opu dalam menjalankan tugasnya (pembantu umum),

3. Opu Pongga’ (Ponggawa), yang bertanggung jawab sebagai wakil ketua 2 dari opu dan mewakili desa yang ditentukan oleh raja, dan

4. Opu Galla’ (Gallarang), yang diserahi tanggung jawab untuk menjaga ketertiban dan keamanan pada tiap-tiap kampung untuk mengawasi wilayahnya.

Dengan melihat susunan pemerintahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebelum ajaran Islam berpengaruh dalam masyarakat, mereka telah mengenal sistem pemerintahan yang bersifat feodalistis yang didasarkan pada kekuasaan raja dan kaum bangsawan. Inilah yang menyebabkan lahirnya pelapisan (strata) sosial dalah kehidupan masyarakat. 

Lapisan masyarakat tertinggi adalah opu (raja) yang dianggap sebagai titisan dewa. Seorang opu menurut anggapan mereka bukan manusia biasa, sehingga rakyat kebanyakan harus memberikan penghormatan (menyembah) kepadanya. Terbelenggunya umat ke dalam adat-istiadat kerajaan merupakan suatu doktrin penjajah Belanda yang bertujuan untuk melumpuhkan kekuatan di kalangan umat Islam. Hal inilah yang semakin memudarkan budaya hidup masyarakat yang Islami, dan perlahan kembali menumbuhkan budaya yang lahir dari paham animisme dan dinamisme yang masih lekat dalam ingatan masyarakat.

Kaum orientalist melakukan gerakan yang teratur dalam menaklukkan negeri jajahannya. Mereka mempunyai data yang lengkap tentang keadaan sosial-politik negeri jajahannya. Untuk wilayah yang pengaruh Islamnya kuat, mereka belajar tentang Islam yang dianut oleh masyarakat, mempelajari budayanya, menyelidiki aturan pemerintahannya, sejarahnya, dan bahkan bahasanya. 

Setelah itu, mereka akan menentukan titik yang bisa dijadikan jalan untuk melemahkan pengaruh Islam. Kaum penjajah dengan pengaruhnya akan menanamkan keragu-raguan kepada masyarakat tentang Islam. Bersamaan dengan itu, mereka mempengaruhi kelompok tertentu di kalangan bangsawan untuk mendukung gerakannya.

Akibat dari penjajahan Belanda, masyarakat Indonesia umumnya dan Selayar khususnya bersifat statis, lemah semangat, merasa berkecil hati, tidak ada usaha untuk berkembang di segala bidang, terutama di segi pendidikan. Dan bahkan nampak semakin melemahnya jiwa persaudaraan di kalangan sesama muslim, dan yang menonjol hanyalah semangat golongan. 

Kelompok opu-opu yang sudah terpengaruh oleh Belanda semakin memperlebar jurang perbedaan dan perpecahan di kalangan ummat Islam. Dengan demikian, mudahlah bagi Belanda menanamkan dan mengukuhkan kekuasaannya.

Sebelumnya.... Pemerintahan Adat Selayar Masa pendudukan Belanda (2)

Sumber: buku Selayar dan Pergerakan A.G.H. Hayyung