Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kehidupan Nelayan Padang Kepulauan Selayar (2)

SELAYAR.ARUNGSEJARAH.COM - Kehidupan Nelayan Padang Kepulauan Selayar, Apa arti dari Selayar? Selayar penghasil apa?, Berapa jam perjalanan dari Makassar ke Selayar? Selayar itu di mana? Berapa jumlah penduduk di Selayar? Produk-Produk Pertanian di Selayar hingga 1947, Pertanian Bahan Pangan di Selayar Masa Penjajahan, Rumah Tahanan Masa Belanda di Selayar, Jejak Jembatan di Selayar hingga 1947, Daftar Distrik di Afdeeling Selayar Masa Belanda 1906, Gedung Tahanan Sementara Selayar: Bangunan Peninggalan Belanda yang Terbengkalai, Sistem Kekerabatan Masyarakat Selayar, Haji Hayyung; Masa Pencarian Ilmu Islam di Makkah, Kehidupan Masa Kanak-Kanak Haji Hayyung, Latar Belakang Keluarga Haji Hayyung, Pelapisan masyarakat selayar, Pemerintahan Adat Selayar Masa pendudukan Belanda, Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam, Geologi dan Topografi Selayar, Mengenal Penduduk Selayar dan Bahasanya, Mengenal Nama Selayar, sejarah selayar, nusa selayar, sejarah nusa selayar, sejarah pemerintahan selayar, salajara, selajar, salajar, saleier, saleijer, salaiyer, salaijer, kepulauan selayar, kabupaten kepulauan selayar, K.H. Hayyung, Haji Hayyung, Aroepala, Masyarakat Selayar Memeluk Islam Berdasarkan Lontaraq Sultan Pangali Patta Raja, Pengabaran Injil di Selayar
SELAYAR.ARUNGSEJARAH.COM - Kehidupan Nelayan Padang Kepulauan Selayar (2).

BERBAGAI pendekatan yang menyoroti pemanfaatan sumberdaya laut merupakan sikap konsistensi peneliti dengan pendekat-annya masing-masing sehingga paradigma mereka senantiasa fokus pada fenomena yang menjadi keunggulan masing-masing peneliti. 

Sebaliknya pula, fenomena lainnya yang sesungguhnya signifikan dalam fungsi dan mencolok penampakannya, termasuk proses gerak ulang alik di antara penganekaragaman dan penyeragaman jenis usaha nelayan tidak tergambarkan dan terjelaskan secara empirik, bahkan kedua fenomena yang pada esensinya merupakan satu kesatuan justru dilihat secara terpisah. 

Demikian halnya sifat temporal dari fungsi teknik dan praktek eksploitasi sumberdaya perikanan yang bertahan (survival) kurang kalau bukan tidak tersentuh sama sekali dalam kajian.

Kajian yang dilakukan oleh Syamsul Bahri, Peneliti Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar yang menyoroti praktek pengelolaan sumberdaya laut pada nelayan Padang di Selayar dalam perspektif kearifan dalam penggunaan teknologi tradi-sional menarik untuk disimak. 

Karena di tengah gempuran kapitalis dan persaingan antar nelayan, ternyata masih ada komunitas lokal yang masih konsisten mempraktekkan kearif-an dalam mengelola sumberdaya laut dengan menggunakan alat tangkap tradisional sebagai mekanisme dalam mempertahankan hidup. 

Kearifan dalam hal ini saya anggap sebagai kebudayaan merupakan hasil interaksi yang kontinyu antara nelayan, lingkungan, pasar, dan nilai-nilai religius.

Kearifan nelayan Padang di Selayar merupakan sistem pengetahuan dan hubungan kerjasama yang terus menerus menurut pola-pola kebudayaan atau adat istiadat yang dianut dalam berbagai bentuk kesatuan hidup masyarakat (baca: nelayan Padang).  

Pola-pola kebudayaan seperti pengunaan teknologi penangkapan ikan merupakan hasil kebudayaan yang telah dipelajari dan merupakan mekanisme dalam berinteraksi dengan laut sebagai bagian dari mempertahankan hidup (survival). 

Oleh karena itu, masyarakat dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, meskipun dapat diuraikan untuk dipahami kesatuan fungsionalnya. Masyarakat (nelayan) adalah kesatuan hidup manusianya, budaya (teknologi, praktek penangkapan, dan kearifan) adalah isi kesatuan hidup berupa pikiran dan perasaan sebagai pedoman bermasyarakat. 

Dengan kebudayaan, maka makhluk manusia menjadi masyarakat beradab/manusiawi (humanis). Sebaliknya, hanya masyarakat manusia yang memiliki kebudayaan melalui proses belajar untuk pedoman hidupnya.

Akhirnya semoga praktek-praktek penangkapan yang masih arif sebagai mana hasil penelitian dalam buku ini masih tetap lestari. Saya hanya bisa berharap semoga laut kita tetap lestari, Karena laut kita merupakan warisan buat generasi selanjutnya. 

Saya tidak ingin apa yang dikhawatirkan G. Hardin bahwa ketika “keserakahan”  masuk dalam praktek pengelolaan sumberdaya bersama, maka kehancuran akan datang. 

Semoga ini tidak terjadi, dan saya berharap semoga praktek-praktek kearifan di berbagai komunitas lain di Indonesia tetap dikaji bagi peneliti sebagai modal utama dalam mengawal bangsa ini lebih baik lagi sebagai mana harapan “revolusi mental” di Indonesia.

Makassar, November 2014

Dr. TasrifinTahara, M.Si
(Ketua Prodi S2 Antropologi Pascasarjana UNHAS)

Sebelumnya.... Kehidupan Nelayan Padang Kepulauan Selayar (1) - Arung Selayar (arungsejarah.com)

****

Tulisan ini merupakan pengantar buku Nelayan Padang: Geliat Kehidupan Masyarakat Nelayan Dusun Padang Selayar Sulawesi Selatan karya Syamsul Bahri. Nelayan Padang Selayar - Pustaka Sawerigading