Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Latar Politik Dan Sejarah Pemerintahan Selayar Dari Masa Ke Masa: Perkembangan Awal Pemerintahan

SELAYAR.ARUNGSEJARAH.COM - Latar Politik Dan Sejarah Pemerintahan Selayar Dari Masa Ke Masa: Perkembangan Awal Pemerintahan, Apa arti dari Selayar? Selayar penghasil apa?, Berapa jam perjalanan dari Makassar ke Selayar? Selayar itu di mana? Berapa jumlah penduduk di Selayar? Produk-Produk Pertanian di Selayar hingga 1947, Pertanian Bahan Pangan di Selayar Masa Penjajahan, Rumah Tahanan Masa Belanda di Selayar, Jejak Jembatan di Selayar hingga 1947, Daftar Distrik di Afdeeling Selayar Masa Belanda 1906, Gedung Tahanan Sementara Selayar: Bangunan Peninggalan Belanda yang Terbengkalai, Sistem Kekerabatan Masyarakat Selayar, Haji Hayyung; Masa Pencarian Ilmu Islam di Makkah, Kehidupan Masa Kanak-Kanak Haji Hayyung, Latar Belakang Keluarga Haji Hayyung, Pelapisan masyarakat selayar, Pemerintahan Adat Selayar Masa pendudukan Belanda, Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam, Geologi dan Topografi Selayar, Mengenal Penduduk Selayar dan Bahasanya, Mengenal Nama Selayar, sejarah selayar, nusa selayar, sejarah nusa selayar, sejarah pemerintahan selayar, salajara, selajar, salajar, saleier, saleijer, salaiyer, salaijer, kepulauan selayar, kabupaten kepulauan selayar, K.H. Hayyung, Haji Hayyung, Aroepala, Masyarakat Selayar Memeluk Islam Berdasarkan Lontaraq Sultan Pangali Patta Raja, Pengabaran Injil di Selayar
DR. Edward L Poelinggomang
SELAYAR.ARUNGSEJARAH.COM - Latar Politik Dan Sejarah Pemerintahan Selayar Dari Masa Ke Masa: Perkembangan Awal Pemerintahan.

Perkembangan Awal Pemerintahan

Dalam studi yang dilakukan oleh seorang misionaris Belanda, Donselaar, pada tahun 1857 diungkapkan bahwa dinyatakan berdasarkan lontara Selayar – penguasa yang pertama pada daerah Putabangun (Selayar - Tengah) adalah seorang wanita yang bernama Malaniki, yang datang dari Luwu. Ia adalah seorang keturunan dari Sawerigading. Ia menikah dengan sepupuhnya yang bernama lelaki Sigaya dan memperoleh 10 orang putera dan puteri. 

Sementara yang menjadi penguasa pertama di Bukit (Selayar Utara) adalah lelaki Padada (Laki Padada) yang dinyatakan datang dari Bantaeng atau Makassar dan kemudian menikah dengan puteri Amma Guru dan melahirkan seorang outera yang bernama Jalangang Bassi lelaki ri Bosang. 

Putera ini kemudian menikah dengan puteri dari Malaniki dan Sigaya yang bernama I-Ati. Sementara daerah Selayar Selatan, penguasa pertamanya datang dari Buton, yaitu Patola Kampong, bersama pengikut-pengikutnya. 

Penguasa Laiyolo (Selayar Selatan ini mendapat pengakuan dari Putubangun sehingga puteri bangsawan dari Putubangun dipandang boleh menikahi bangsawan dari Laiyolo, termasuk juga dari Bukit yang sejak awal diterima (Donselaar, 1857: 284 Heersink, 1995: 310.

Berpangkal pada keterangan ini dapat diperkirakan bahwa periode awal dari pembentukan kekuasaan di Selayar terjadi sesaman dengan Kerajaan Gowa, karena Lelaki Padada pada tradisi Selayar itu, erat kaitannya juga dengan Kerajaan Gowa yang mengkisahkan kedatangan Lelaki Padada (Laki Padada) bersama Karaeng Bayo dari Bantaeng. 

Karaeng bayo kemudian mempersunting Tu Manurung Gowa. Pada sisi lain riwayat ini juga menunjukkan bahwa pada periode itu kelompok yang terlibat dalam perniagaan maritime (Luwu, Bantaeng, dan Buton) bergiat meluaskan pengaruh mereka ke Selayar, daerah yang berada pada jalur pelayaran niaga utama ketika itu. Hal itu kemudian diikuti pula oleh Kerajaan Bone, Gowa, Majapahit, Ternate, dan bahkan diperkirakan juga Kerajaa Tallo, Polongbangkeng, dan Jeneponto.

Kondisi ini memberikan indikasi bahwa perode-periode awal dari kekuasaan yang berkembang di selayar itu kemungkinan mencirikan bentuk pemerintahan yang oleh Michael Adas disebut contest state, suatu bentuk praktek kekuasaan yang ditujukan pada penguasa sejumlah orang lebih penting daripada penguasa wilayah, masyarakat dengan pola patron-klien (ajoareng).

Diantara kelompok-kelompok yang membangun kedudukan kekuasaan itu, Putubangun yang bergiat memperluas pengaruh kekuasaan ke wilayah lain dan tetap mengakui kedudukan Bukit dan Laiyolo. Diperkirakan sebelum abad XVI, pengaruh Putubangun telah meluas hingga Kalao di bagian selatan hingga Bira pada daratan Sulawesi pada bagian utara (Heersink, 1995: 32). 

Perluasan pengaruh itu yang mengawali pembentukan persatuan pemerintahan di Selayar dengan menempatkan Putubangun sebagai basis pusat pemerintahan.

Secara structural, pemegang kendali kekuasaan berada pada lelaki, atau kemudian lazim digunakan istilah opu (raja), namun dalam penyelenggaraan kekuasaan baligau atau punggawa yang memainkan peranan penting. Ia merupakan pejabat yang berfungsi sebagai penghubung antara opu dan rakyat dan opu dan hadat. 

Pada dasarnya Baligau adalah seorang bangsawan tinggi yang juga berfungsi sebagai pemimpin dari para bangsawan tinggi dan kepala pengadilan, sehingga ia juga memungkinkan dipilih sebagau opu. Pejabat administrasi yang lebih rendah adalah gallarang, pejabat dari sejumlah kampong, dan kepala kampong.

Struktur pemerintahan ini tidak mengalami perubahan meskipun persatuan yang terbentuk ini mendapat pengaruh kekuasaan dari Kerajaan Gowa. Hal itu disebabkan karena kerajaan itu tidak memperluas kekuasaannya, melainkan hanya melakukan perluasan pengaruh kekuasaan. 

Oleh karena itu kedudukan kekuasaan Selayar tetap berlangsung sebagaimana adanya hingga daerah ini terlibat dalam Perang Makassar (1666).

Bersambung.... Latar Politik Dan Sejarah Pemerintahan Selayar Dari Masa Ke Masa: Pengaruh Ternate dan VOC - Arung Selayar (arungsejarah.com)

Sebelumnya.... Latar Politik Dan Sejarah Pemerintahan Selayar Dari Masa Ke Masa: Pendahuluan - Arung Selayar (arungsejarah.com)

****

DR. Edward L PoelinggomangStaf pengajar pada Jurusan Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, Makassar.