Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Muhdi Akbar; Toleransi 3 Agama di Selayar (2)

SELAYAR.ARUNGSEJARAH.COM - Muhdi Akbar; Toleransi 3 Agama di Selayar, Apa arti dari Selayar? Selayar penghasil apa?, Berapa jam perjalanan dari Makassar ke Selayar? Selayar itu di mana? Berapa jumlah penduduk di Selayar? Produk-Produk Pertanian di Selayar hingga 1947, Pertanian Bahan Pangan di Selayar Masa Penjajahan, Rumah Tahanan Masa Belanda di Selayar, Jejak Jembatan di Selayar hingga 1947, Daftar Distrik di Afdeeling Selayar Masa Belanda 1906, Gedung Tahanan Sementara Selayar: Bangunan Peninggalan Belanda yang Terbengkalai, Sistem Kekerabatan Masyarakat Selayar, Haji Hayyung; Masa Pencarian Ilmu Islam di Makkah, Kehidupan Masa Kanak-Kanak Haji Hayyung, Latar Belakang Keluarga Haji Hayyung, Pelapisan masyarakat selayar, Pemerintahan Adat Selayar Masa pendudukan Belanda, Kepercayaan Masyarakat Selayar Pra-Islam, Geologi dan Topografi Selayar, Mengenal Penduduk Selayar dan Bahasanya, Mengenal Nama Selayar, sejarah selayar, nusa selayar, sejarah nusa selayar, sejarah pemerintahan selayar, salajara, selajar, salajar, saleier, saleijer, salaiyer, salaijer, kepulauan selayar, kabupaten kepulauan selayar, K.H. Hayyung, Haji Hayyung, Aroepala, Masyarakat Selayar Memeluk Islam Berdasarkan Lontaraq Sultan Pangali Patta Raja, Pengabaran Injil di Selayar
SELAYAR.ARUNGSEJARAH.COM - Muhdi Akbar; Toleransi 3 Agama di Selayar (2).

TOKOH-tokoh Muhdi Akbar menanamkan kepada para pengikutnya bagaimana cara bermasyarakat yang baik dengan menghidupkan gotong-royong. Ajaran itu juga disampaikan kepada masyarakat di kampung-kampung lain yang menjadi target penyebaran ajarannya. Hal itu dianggap sebagai hal yang dasar untuk membangun masyarakat yang kuat. 

Hubungan yang dibangun dengan semangat kasih sayang diyakini akan menimbulkan ikatan emosional yang kuat. Dan dalam penyampaian ajaran tentang kebenaran, masyarakat akan lebih rasional dalam memberikan penilaiannya. Meski di lain pihak (kelompok-kelompok yang tidak senang dengan Muhdi Akbar) menganggap upaya yang dilakukan itu sebagai kedok saja untuk menanamkan ajaran yang sesat.

Muhdi Akbar dalam menyampaikan kebenaran ajarannya dilakukan sangat hati-hati. Karena mereka yakin bahwa kebenaran apapun kalau disampaikan dengan cara yang tidak tepat, justru akan membuat bingung umat, bahkan mungkin menyesatkannya. 

Untuk menyampaikan suatu kebenaran tidak boleh langsung begitu saja. Harus ditanamkan dulu nilai-nilai yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian masyarakat akan lebih mudah menerima kebenaran yang lebih tinggi karena dasar-dasar kebenaran mereka sudah ketahui dan menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Diakui atau tidak, kebanyakan orang di Indonesia bahkan mungkin di dunia, Islam karena keturunan saja. Tidak pernah melakukan kajian sampai meyakini agama yang diwariskan oleh orang tuanya. Karena seorang orang tua sering menuntun anaknya ke masjid, maka anaknya pun setelah dewasa mengklaim diri sebagai bagian dari Islam. Begitu juga dengan agama yang lain.

Oleh sebab itu, tidak heran kalau misalnya ada kejahatan atau perilaku buruk yang dilakukan orang-orang tertentu di rumah-rumah ibadah mereka sendiri. Misalnya pencurian, tidak disiplin saat ibadah, atau sikap ego antara jamaah, dan lain-lain. Hal ini terjadi karena tidak ada nilai-nilai moral yang tertanam dengan baik, sehingga kebiasaan buruk yang dilakukan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja.

Cara-cara beragama seperti itulah yang oleh Muhdi Akbar harus diluruskan. Setiap umat harus punya dasar keyakinan yang kuat dalam ber-Islam. Umat harus dituntun untuk mengenal agamanya dengan dasar kesadaran untuk membangun keyakinan. Ajaran harus disampaikan dengan cara yang sangat hati-hati, disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan umat yang akan menerima ajaran tersebut. 

Ajaran Muhdi menuntun jalan manusia mendapatkan jaminan kebahagian hidup manusia di masa yang akan datang (akhirat). Kalau diperhatikan, ajaran seperti ini pada prinsipnya sama dengan ajaran semua kelompok Islam yang ada. Semua mengajarkan tentang ke-esaan Tuhan, cara mengenal Tuhan, dan cara mendapatkan kebahagiaan dunia-akhirat. Hanya cara-caranya yang berbeda-beda. 

Salah satu yang menjadi perhatian Muhdi Akbar dalam menyampaikan ajarannya adalah memperkuat hubungan antara satu dengan yang lainnya dalam masyarakat. Tidak saling menyakiti, tetapi sebaliknya saling peduli, sehingga menciptakan kehidupan yang aman dan damai yang dibangun di atas dasar kasih-sayang. Menyakiti orang lain berarti dosa, karena hati sakitlah yang menyebabkan munculnya dosa di antara manusia. 

Ajaran nilai-nilai dasar itu pula yang dijadikan pemerintah Desa Binanga Sombaiya sampai sekarang sebagai alat untuk menguatkan toleransi di antara masyarakat 3 agama yang menjadi tanggung-jawabnya. Komunikasi antara pemerintah dan masyarakatnya dibangun dengan baik tanpa ada jarak. 

Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang bisa memupuk rasa persaudaraan dan kebersamaan di antara masyarakat 3 agama ini. Sehingga budaya gotong-royong tidak surut, dan tetap menjadi karakter yang kuat di masyarakatnya. (2/2)

Catatan:

Uraian mengenai toleransi 3 agama di Binanga Benteng ini merupakan tulisan Hasmah dalam bukunya yang berjudul "Muhdi Akbar (Model Toleransi Umat Beragama Di Kabupaten Selayar)". Buku ini merupakan hasil penelitian pada tahun 2016, dan diterbitkan pada tahun itu juga oleh Pustaka Sawerigading. Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya tempat ia bekerja mengusung tema penelitian pada tahun itu tentang "Disintegrasi Bangsa" 

Sebelumnya.... Muhdi Akbar; Toleransi 3 Agama di Selayar (1) 

Dapatkan bukunya di www.pustakasawerigading.com